Bisakah Mikroba Berkomunikasi dengan Spesies Asing Seperti Alien?
Sejak 1959, program SETI (Search for Extraterrestrial Intelligence) telah mencoba menjawab apakah kita betul-betul sendiri di alam semesta. Banyak yang percaya bahwa peradaban mirip manusia pasti ada. Akan tetapi ada juga para skeptis yang tidak yakin, dengan alasan kurangnya bukti untuk peradaban semacam itu.
Jika peradaban mirip manusia tidak ada, mungkinkah ada bentuk kehidupan lain yang lebih cocok untuk menyebar di kosmos? Dan, mungkinkan makhluk seperti itu berkomunikasi satu sama lain? Studi di Biosystems menunjukkan tentang semuanya. Bahwa mikroba mungkin menjadi penguasa kehidupan kosmik dan mereka jauh lebih cerdas dari yang kita bayangkan.
Sementara banyak dari kita melihat mikroba sebagai organisme sel tunggal dan menyebabkan penyakit, nyatanya berbeda. Untuk memahami mikroba, kita perlu menantang prasangka antroposentris kita.
Mikroba, menurut penelitian ini, adalah entitas multi-seluler yang terorganisir secara longgar. Bakteri, misalnya, hidup sebagai anggota masyarakat yang terdiri dari beberapa miliar koloni yang mampu "berpikir" dan mengambil keputusan.
Koloni bakteri dapat memecahkan masalah lingkungan, terlebih semua koloni bakteri di Bumi saling berhubungan menjadi supersistem bakteri global yang disebut bakteriosfer. Informasi genetik ini telah mengatur elemen organik di Bumi selama tiga miliar tahun terakhir, dengan cara di luar kemampuan manusia. Seperti mendaur ulang nutrisi penting, yakni karbon, nitrogen, dan belerang.
Bakteri adalah mahluk hidup yang paling dominan di Bumi. Oleh karena itu, bakteri mungkin jauh lebih cocok untuk perjalanan dan komunikasi kosmik dari manusia. Bakteri terestrial nyatanya dapat bertahan hidup di ruang angkasa setidaknya selama tiga tahun, mungkin lebih, menurut temuan ilmiah
Berbagai versi hipotesis menyatakan bahwa kehidupan mikroba ada dan berjalan di seluruh alam semesta. Model matematika terbaru telah mendukung ini dengan menunjukkan bahwa perjalanan mikroba tidak hanya di tata surya kita, tetapi di seluruh galaksi, tulis Predrag Slijepcevic, dosen biologi senior, Universitas Brunel London & Nalin Chandra Wickramasinghe, profesor kehormatan Universitas Buckingham di The Conversation.
Lalu, bagaimana SETI mikroba bekerja? Baik Slijepcevic dan Wickramasinghe percaya bahwa bakteriosfer berpotensi mereplikasi semua langkah yang diketahui dari SETI manusia.
Langkah pertama SETI manusia adalah kemampuan untuk membaca informasi skala kosmik. Misalnya dengan teleskop radio kita dapat menganalisis planet-planet jauh yang layak huni. Langkah dua mengembangkan teknologi dan pengetahuian untuk menilai apakah planet itu layak huni dan mengandung kehidupan. Kemudian langkah ketiga mengiklankan kehadiran kita di Bumi kepada mahluk luar angkasa yang cerdas dan mencoba melakukan kontak dengan mereka jika mereka merespons sinyal awal.
Sedangkan versi SETI mikroba, cyanobacteria membaca bagian spektrum elektromagnetik yang berasal dari matahari dalam bentuk cahaya tampak (langkah pertama). Fenomena biologis ini disebut fototropisme, ketika tanaman berbelok ke arah atau menjauhi matahari atau sumber cahaya lainnya.
Selanjutnya langkah kedua, cyanobacteria mengembangkan bio-teknologi dalam bentuk fotosintesis (mengubah air, sinar matahari, dan karbon dioksida menjadi oksigen dan nutrisi). Hal ini membuat planet mati menjadi hidup dan kehidupan mikroba menjadi lebih kompleks, menciptakan tumbuhan dan hewan dalam 600 juta tahun terakhir.
Langkah ketiga adalah daya tarik dan komunikasi mikroba dengan kimia serupa. Mikroba ekstraterestrial harus dapat berintegrasi dengan mulus ke dalam bakteriosfer Bumi jika mereka berbagi kimia dan metabolisme yang berbasis karbon, termasuk DNA, protein, dan biomolekul lain. Proses sebaliknya juga memungkinkan, mikroba dari Bumi dapat melakukan perjalanan ke luar angkasa dengan asteroid ke tempat lain di kosmos. Sebagai alternatif, manusia sebagai mahluk penjelajah kosmik masa depan dapat bertindak sebagai vektor mikroba berdasarkan mikrobioma manusia.
Kita perlu memahami konsep kecerdasan dalam pengertian evolusi untuk memahami SETI mikroba, kata Slijepcevic dan Wickramasinghe. Hal itu memungkinkan kita untuk mengevaluasi kecerdasan bakteri dengan lebih baik, dan kapasitasnya dalam konteks SETI manusia dan mikroba
"Jika peradaban mirip manusia memang langka, tidak ada gunanya mencari struktur seperti itu. Sebaliknya, mungkin lebih tepat untuk mencari biosignatures sebagai tanda kehidupan mikroba di panet yang dapat dihuni," tulis mereka.
Pencarian kehidupan di luar bumi kedepan mungkin bisa mencari gas di atmosfer planet yang menandakan kehidupan, seperti oksigen, metana, atau fosfin, yang semuanya diproduksi oleh mikroba.
No comments: