Ads Top

“Keramat”, Film Horor Yang Dialami Sendiri Oleh Para Krew Film

 “Keramat” merupakan judul yang diberikan untuk sebuah film horor tak biasa namun luar biasa dari Indonesia yang dirilis pada tahun 2009 silam, yang disutradarai oleh Monty Tiwa.

Film ini disinyalir merupakan kisah nyata yang dialami oleh para pemerannya yang awalnya tidak diduga dan tidak memiliki skenario apapun. Jadi bisa dikategorikan, bahwa film ini adalah dokumentasi horor dan misterius yang direkam selama perjalanan mereka.

Selain itu, film ini mungkin jadi film pertama yang terbanyak dibintangi oleh memang nama-nama asli pemerannya karena memang mereka mengalami sendiri dan tanpa peran apapun, antara lain oleh Poppy (Poppy Sovia), Migi (Migi Parahita), Sadha (Sadha Triyudha), Miea (Miea Kusuma), Dimas (Dimas Projosujadi), Diaz (Diaz Ardiawan), dan Brama (Brama Sutasara).

Para krew untuk tim produksi film “Menari di Atas Angin”

Karena film ini syuting tanpa menggunakan skenario ataupun skrip film, maka pada di film ini, apapun yang dilakukan selalu ditangani oleh tim Moviesta Pictures dan Monty Tiwa sendiri.

Para krew yang terlibat dalam film dokumetasi nyata ini adalah tim produksi yang pada awalnya berencana akan membuat sebuah film yang berjudul “Menari di Atas Angin”.

Berawal, sebuah tim produksi film berjudul “Menari di Atas Angin” yang berangkat dari Jakarta ke daerah Bantul sebulan sebelum film itu akan dibuat. Mereka ke Bantul Jogjakata dalam rangka melakukan pra-shooting untuk film tersebut.

Yang berangkat adalah sang sutradara wanita bernama Miea (Miea Kusuma), asisten sutradara Sadha (Sadha Triyudha), manajer produksi Dimas (Dimas Projosujadi), kedua pemain utama Diaz (Diaz Ardiawan) dan Migi (Migi Parahita). Bersama mereka ditemani tim behind-the-scene yakni Poppy (Poppy Sovia) dan kameramennya yang akrab dipanggil Cungkring (Monty Tiwa).

Selama perjalanan menggunakan kereta, Poppy sebagai pewawancara merekam aktivitas tim produksi. Di Bantul Jogjakarta, mereka dipandu oleh seorang talent lokal bernama Brama (Brama Sutasara).

Salah satu tim kerasukan

Suatu ketika, kondisi Migi kurang baik terlebih setelah di mobil, mereka diganggu oleh seseorang yang menyuruh mereka untuk pulang. Sesampainya di desa terpencil untuk pra-shooting, mulai banyak keanehan yang direkam oleh kamera, seperti terdengarnya bunyi-bunyian gamelan, suara orang menangis, dan penampakan wanita berbaju adat Jawa.

Keesokan harinya, terjadi konflik karena hasil dari proses reading di Jakarta yang dianggap kurang maksimal oleh Miea, yang membuatnya menjadi sering marah. Setelah observasi tempat di Candi Borobudur, Diaz, Migi, Poppy, Cungkring menaiki mobil arah kembali ke penginapan yang diantar oleh sang driver bernama Pak Lukman.

Di dalam perjalanan pulang, mobil mereka tersasar dan bertanya kepada penduduk lokal yang aneh. Setelah kembali melanjutkan perjalanan, tiba-tiba mereka melihat kobaran api misterius yang besar melintasi mobil, namun akhirnya mereka berhasil kembali ke penginapan.  Namun di penginapan, kesasar itu dikira sebagai argumen Diaz yang dikira pergi ke diskotek.

Keesokannya, Migi terlihat lemah dan saat diperiksa oleh Poppy di tempat tidurnya, ia menemukan uban. Ketika Migi berusaha dibopong untuk dibawa ke dokter, tubuh Migi tidak sanggup diangkat walaupun sudah enam orang yang mengangkatnya!

Pada malam hari, para tim menemukan Migi sedang menyinden, yaitu menyanyi dalam bahasa Jawa. Kemudian mereka menyimpulkan bahwa Migi kerasukan roh halus bernama Nyi Pramodawardani yang menempati daerah ini.

Migi kerasukan roh halus bernama Nyi Pramodawardani yang menempati daerah ini dan merupakan leluhurnya.

Memanggil paranormal untuk menolong

Saat siang keesokan harinya, Miea memarahi Dimas karena proses pra-shooting yang menjadi molor dan tidak kondusif dengan jadwal shooting yang akan dilaksanakan seminggu lagi. Miea juga memaksa Poppy dan talent lain untuk memulangkan Migi walaupun kondisinya masih buruk, karena Miea masih mempunyai banyak aktris cadangan casting lainnya yang dapat menggantikannya.

Setelah beragam argumen, diputuskanlah untuk memanggil paranormal untuk Migi. Ketika berkonsultasi, Migi yang seharusnya di kamar, justru pergi ke paranormal dan berbicara kepada paranormal itu.

Hantu yang mengaku bernama Nyi Pramoda Werdani masuk ke raga Migi karena ia masih keturunan darinya. Kemudian, paranormal itu membuat bahan ramuan untuk Migi  dan hanya memperbolehkan masuk tiga pria dari tim itu, yaitu Sadha, Brama, dan Dimas untuk membantu paranormal.

Setelah dimuncratkan ramuan dan dipegangi Sadha, Brama, dan Dimas, Migi tampak tenang dan tertidur. Setelah mereka berkumpul lagi di tengah penginapan, mereka mendapat fakta mengejutkan bahwa Migi menghilang, padahal Sadha menjaga pintu kamar dan tidak melihat seseorang pun masuk maupun keluar. Sang paranormal mengatakan bahwa Migi dibawa ke dunia roh halus.

Salah satu krew film, Migi, kesurupan dan berusaha diobati oleh seorang paranormal dibantu teman-temannya yang memeganginya.

Paranormal membuka gerbang ghoib

Kemudian esok paginya, paranormal itu mengatakan bahwa mereka akan diantar ke Pantai Parangtritis, karena paranormal itu bilang pintu alam dunia manusia dengan dunia roh halus berada disana.

Sadha, Brama, Dimas, Miea, Migi, dan Cungkring menunggu di tepian pasir sementara sang paranormal membaca mantera di pinggir laut. Kemudian seorang wanita penjual jamu datang dan menjajakan dagangannya.

Setelah itu, penjual jamu itu pergi ke paranormal dan ia menghilang. Kemudian, paranormal itu menyuruh keenamanggota tim untuk mengikutinya. Namun secara perlahan, seorang demi seorang ikut menghilang.

Mereka saling bertemu di depan sebuah candi. Paranormal itu berpesan kepada Brama untuk mengikuti Jalur Melati untuk menemukan Migi. Mereka berenam mendengar suara dari sebuah hutan dan mereka pergi ke hutan tersebut.

Di hutan, mereka menemukan banyak kejadian aneh yang berakibat pada menghilangnya tim produksi seperti Brama dan Diaz. Pada puncaknya, ratu penguasa dunia roh di alam itu meminta agar manusia berhenti merusak alam.

Ia juga berpesan, bahwa anggota tim hanya bisa pergi sebelum matahari muncul. Apabila mereka tidak berhasil, maka mereka akan terperangkap di dunia roh itu untuk selamanya.

Setelah mereka berhasil membebaskan Migi, namun ketiga anggota tim yaitu Dimas, Miea, dan Cungkring harus kehilangan nyawa saat ingin melarikan diri. Kini mereka hanya tinggal tiga orang saja, Poppy, Migi, dan Sadha. Sadha menggendong Migi sementara kini Poppy yang memegang kamera.

Mereka berhasil sampai di pinggir hutan dan akhirnya tiba di lereng Gunung Merapi. Pada saat inilah kemudian terjadi gempa bumi, yang dikenal sebagai Gempa Jogja 2009 dan memakan sekitar 6000 ribu nyawa.

Krew kamerawan, Cungkring, tertinggal rombongan di tengah hutan dan sempat merekam pocong hingga ia tarap ketakutan dan melepaskan kameranya yang tergeletak. Terlihat bagian kaki pocong terekam kamera yang terjungkir.

Kala itu, Poppy meletakkan kameranya diatas tanah berbatuan, mengarahkan kameranya ke arah Migi yang duduk ditanah, tak jauh dari kamera yang ia letakkan, hanya sekitar 3-5 meter.

Kamera tetep hidup dan merekam. Kemudian Poppy menghampiri dan memeluk Migi yang masih lemah dan ketakutan. Tiba-tiba guncangan gempa bumi membuat kamera yang diletakkan Poppy terjungkir, dan merekam gambar secara terguling.

Beberapa detik kemudian, guncangan gempa terjadi lagi dan semakin kuat, maka mereka melarikan diri meninggalkan kameranya yang masih terguling, namun tetep pada mode merekam.

Poppy sempat ingin kembali mengambil kamera tapi ditahan Sadha dan Migi. Akhirnya mereka lari menjauh dan meninggalkan kamera yang terguling itu. Mereka yang hanya tinggal bertiga, yaitu Poppy, Migi, dan Sadha berhasil melarikan diri kendati akhirnya tanpa membawa kamera.

Para krew film “ditarik ke alam lain” dan sempat berjumpa dengan para penari dari “alam lain” tersebut ditengah hutan pada tengah malam.

Kamera terus merekam, walau tak ditampilkan secara keseluruhan, namun dipastikan kamera akhirnya mati karena baterainya habis. Nah, akhirnya kamera yang ditinggal oleh krew film inilah yang disebut-sebut telah ditemukan kembali bertahun kemudian.

Di internet, pencarian tentang “Ditemukan kamera produksi yang merekam musibah crew film” menjadi viral. Diceritakan bahwa kamera itu ditemukan dan dibuat film.

Dalam scene film terkait, tampak setelah rekaman berakhir, layar memunculkan kliping koran yang mengatakan gempa di Bantul bukan gejala alam biasa, serta memberitakan bahwa setelah empat kru film hilang, kamera berhasil ditemukan kembali sebagai referensi penyelidikan pihak kepolisian.

Namun semua cerita diatas adalah sekedar cerita dari sebuah film, dan bukan kejadian yang sebenarnya. Jadi berita yang sempat beredar dan menyatakan bahwa kejadian ini asli, sebenarnya adalah berita hoax.

Para krew film bertemu dengan seorang wanita cantik berkebaya putih yang indah dan ia mengaku sebagai penjaga di wilayah itu.

Tapi film itu cukup menghibur untuk disaksikan karena pengambilan sudut gambar dan tekniknya berbeda dari film kebanyakan. Kamera seperti dipegang oleh hanya satu orang terutama oleh krew bernama Cungkring, dan mirip seperti jika Anda membuat vlog.

Narasi omongan yang tak memakai script, efek kamera berayun, bidikannya yang kadang berantakan, pencahayaan rendah kadang gelap dan asal, kadang juga pencahayaannya tinggi namun sengaja di-edit dengan cara digelapkannya.

Ditambah omongan krew apa adanya,  tak memakai script, dan terkadang kasar, justru menjadikannya seakan natural tanpa pengeditan, sehingga semua kejadian itu seperti benar-benar terjadi karena terlihat lebih alami dan real.

Teknik pengambilan kamera dan pengeditan seperti ini memang disengaja dan  dengan teknik itu, film ini justru seakan merupakan film dokumenter yang apa adanya dan sesungguhnya, padahal bukan, dan hanya merupakan film bioskop seperti biasanya. (IndoCropCircles.com)

Seorang wanita cantik berkebaya putih yang mengaku sebagai penjaga di wilayah itu memberitahu krew film bahwa mereka berada di dunia lain atau di dimensi lain, dan memperingatkan mereka agar cepat-cepat pergi sebelum matahari terbit. Jika gagal, maka kereka akan berada di demensi itu untuk selamanya. Ia juga memberitahukan bahwa untuk dapat meninggalkan dimensinya, harus memiliki hati yang bersih.

Kamera yang dipegang Poppy diletakkan diatas tanah, menyorot ke arah Migi, lalu Poppy menghampiri Migi dan memeluknya.  Krew film yang berhasil keluar dari dimensi lain yang hanya tersisa tiga orang, yaitu Poppy, Migi, dan Sadha. Mereka berhasil keluar dari hutan saat fajar, dan terdampar di gunung Merapi.

Tak lama setelah kamera diletakkan diatas tanah oleh Poppy, gempa bumi terjadi dan mengakibatkan kamera terguling namun tetap merekam. Mereka pun akhirnya berlarian ke arah bawah, menjauh dari kamera, berusaha untuk turun dari gunung Merapi dan meninggalkan kameranya.

Inilah posisi scene terakhir dari kamera yang terguling yang kemudian ditinggalkan oleh para krew film, hingga akhirnya baterai kamera habis. Kemudian beberapa tahun kemudian, kamera ini diisyukan ditemukan, dan setelah diputar, menampilkan kejadian yang luar biasa. Padahal semua itu hanyalah film belaka dan bukan kejadian yang sebenarnya.

Tak ada kamera yang ditinggal, tak ada kamera hilang, tak ada kamera yang ditemukan, tak ada krew yang tewas. Inilah krew film Keramat yang semuanya selamat.

No comments:

Powered by Blogger.