Misteri Partikel Hantu di Antartika dan Asal Usul Alam Semesta
Ilmuwan yang berada di Kutub Utara menemukan partikel misterius yang diduga kuat berasal dari ruang angkasa. Mereka menemukan 28 partikel subatomik, dan dianggap bisa membantu menjelaskan asal usul alam semesta. Partikel subatomik itu disebut neutrino.
Tim peneliti dari laboratorium teleskop IceCube meyakini 28 partikel subatom itu tertanam dalam satu kilometer kubik es kutub. Menariknya, partikel itu berasal dari luar Tata Surya, bahkan kemungkinan datang dari luar Galaksi Bima Sakti.
Setelah mengidentifikasi partikel itu, peneliti meyakini materi tersebut dapat memberikan wawasan baru tentang bagaimana pola kerja lubang hitam (black hole), sumber astronomi radio, dan misteri lain yang memancarkan partikel subatomik.
Dilansir NPR, neutrino merupakan partikel dasar kecil yang diciptakan dalam reaksi nuklir, seperti halnya yang terjadi dalam bintang. Namun, partikel ini tak seperti cahaya, neutrino tak dapat dengan mudah dibelokkan.
"Ini merupakan partikel hantu. Ini sangat sulit untuk berinteraksi," jelas Pierre Sokolsky, fisikawan University of Utah, AS.
Dia mengatakan, triliunan neutrino sebenarnya melewati kita beberapa kali, yang paling banyak melewati tanah, ke inti bumi dan melayang kembali ke ruang angkasa.
Upaya menemukan partikel misterius ini sudah dilakukan ahli beberapa dekade lalu. Fisikawan University of Wisconsin-Madison, Francis Halzen, mengaku sangat ingin mengambil beberapa neutrino.
Ketika itu, ia berpikir neutrino sebagai bagian dari sinar X tinggi. Neutrino dapat menembus debu tebal dan puing-puing. Dengan demikian, beberapa neutrino yang mencapai Bumi merupakan pencaran dari inti ledakan bintang.
"Neutrino memungkinkan kita untuk menjalankan astronomi yang tak dapat dilakukan dengan cahaya. Itu semacan mimpi," kata Halzen.
Mengingat dimensinya yang sangat kecil, peneliti membutuhkan teleskop besar untuk menangkap partikel ini. Untuk mendapatkannya, peneliti harus mengebor daratan es kutub yang dalamnya mencapai satu kilometer.
Setelah itu ilmuwan harus menempatkan ribuan sensor cahaya di dalam es. Guna mencapai ini, peneliti memanfaatkan air panas untuk melelehkan es, kemudian menjatuhkan tali detektor. Dan teknik ini berhasil.
"Saat Anda melihat sesuatu seperti ini, sangat mengharukan. Karena Anda bukan hanya telah mempelajari sesuatu, tapi ini tentang alam semesta. Pekerjaan ini tidak sia-sia," ucap Sokolsky.
Selanjutnya, dalam beberapa tahun ke depan, peneliti berharap teleskop es perlahan akan ditingkatkan resolusinya, sehingga bisa membantu memecahkan misteri pertikel itu.
No comments: