Ads Top

Mumi Amun Ra, Mumi Mesir Kuno Yang Membawa Selalu Kemalangan


"Bungkusan berisi mumi tersebut harus diangkut ke dalam kapal secara diam-diam, karena bentuknya yang mirip peti mati. Akhirnya kami selamat dari Mumi Amen Ra. Keesokan harinya mumi tersebut akan meninggalkan Inggris dengan menaiki kapal uap Titanic." Sebuah cerita singkat yang dimuat pada koran kuno Milwaukee Journal pada 10 Mei 1914.
Titanic, siapa yang tidak mengenal kisah tenggelamnya kapal uap terbesar dan termewah tersebut? Kapal titanic merupakan hasil karya dari pembuat kapal Irlandia, William Pirrie di Belfast.

Kapal titanic dikenal sebagai kapal tercepat dan saat itu diyakini tidak akan pernah tenggelam karena memiliki lambung yang dibagi menjadi 16 kompartemen kedap air. Empat dari kompartemen tersebut dapat tergenang air tanpa menyebabkan kehilangan daya apung yang kritis.
Namun, anggapan William Pirrie salah besar. Kapal titanic tenggelam di Samudera Atlantik Utara tepat pada pelayaran perdananya 15 April 1912 karena menabrak gunung es. Anggapan lain mengatakan bahwa kapal Titanic menjadi salah satu korban dari ‘kutukan’ Mumi Amun Ra, si pembawa sial.

Putri Amun Ra atau Amen Ra hidup sekitar 1.500 SM. Konon, Amun Ra merupakan seorang tukang sihir dan peramal yang hidup di jaman Amenophis IV. Ketika Amun Ra meninggal, ia dibaringkan dalam Sarkopagus berukiran indah dan dikubur dalam peti besi Luxor, di tepian Sungai Nil. Makam Amun Ra ditemukan pada abad ke-18. Layaknya tukang sihir, dalam sarkopagus Amen Ra terdapat sebuah amulet, yang berisi gambar Dewa Osiris, disertai tulisan, yang berbunyi:

“Bangunlah dari tidur anda, yang nyenyak. Sorot mata anda akan mengalahkan segalanya, yang dilakukan terhadap anda.”
Melansir dari laman Historical Eve, Mumi Amen Ra yang kemudian dikenal dengan 'Mumi sial’ menjadi salah satu koleksi dari British Museum. Mumi Amen Ra menjadi koleksi spesial dengan penutup antropomorfik yang dicat dari kayu dan plester. ‘Mumi sial’ ini pada kenyataannya hanya-lah tutup peti mati.

‘Mumi sial’ dipamerkan di dalam etalase ruang museum 62 dengan nomor identifikasi 22542 berukuran 1.62 meter. ‘Mumi sial’ dicat dengan warna-warna cerah dan ditutupi dengan prasasti Mesir Kuno.

‘Mumi sial’ itu digambarkan sebagai perempuan memakai wig, kalung besar dan yang paling aneh adalah tangannya terletak di posisi yang berbeda. Tangannya naik secara horizontal dari dadanya dan telapak tangan menghadap ke luar. Karya tersebut berasal dari akhir dinasti XXI (950-900 SM).
Mengapa mumi tersebut diberi nama yang mengerikan? Mumi ini menyimpan banyak cerita kesialan yang terjadi pada pemilik-pemilik sebelumnya.

Para penulis hingga jurnalis seperti Yeats, Conan Doyle atau Henry Rider Haggard membahas mengenai ‘mumi sial’, bahkan surat kabar The Times pada 1912 menerbitkan artikel tentangnya. ‘Mumi sial’ Amen Ra diperoleh oleh Thomas Douglas Murray, salah satu dari empat anggota dari pelancong Inggris yang berada di Thebes antara tahun 1860 dan 1870.

Pada perjalanan menuju ke London, ‘mumi sial’ tidak berhenti membuat masalah. Murray dan rekan-rekannya mengalami berbagai bencana. Salah satu rekannya berjalan menuju ke padang pasir dan tidak pernah kembali. Keesokan hari, kejadian aneh kembali terjadi.

Seorang rekan Murray yang berada di hotel ditembak secara tidak sengaja oleh pelayan keturunan Mesir. Tangannya hancur dan harus diamputasi. Murray pun mengalami kebangkrutan. Seorang rekannya yang kaya raya mengalami sakit parah, kehilangan pekerjaan dan terpaksa menjual korek api di jalanan.


Tidak ingin terlibat terlalu jauh, Morray memberikan ‘mumi sial’ tersebut kepada pengusaha sukses Mr Arthur F Wheeler. Namun, ketahanan jiwa Wheeler tidak bertahan lama, ia pun menyerahkan mumi Amun Ra ke British Museum pada 1889. Hal ini karena tiga anggota keluarganya mengalami kecelakaan tragis dan rumah yang dimiliki terbakar tanpa tersisa.

Malapetaka dari ‘mumi sial’ tidak berhenti disitu saja. Saat ‘mumi sial’ diangkut menggunakan truk dari rumah Wheeler menuju museum, kendaraan tersebut secara tiba-tiba mundur dan menabrak tukang angkut. Tukang angkut tewas ditempat dan seorang pekerja lainnya meninggal mendadak dua hari kemudian.
Kesialan terus terjadi dimanapun mumi Amen Ra berada. Di museum terdapat beberapa cerita kesialan yang menimpa pengunjung dan penjaga. Dari mulai anak pengunjung yang meninggal dunia setelah mengejek wajah mumi hingga kematian seorang jurnalis Bertram Fletcher Robinson pada 1907 karena demam yang dipercaya disebabkan oleh ‘mumi sial’.

Namun, salah satu konspirasi mengenai kapal Titanic dan ‘mumi sial’ Amun Ra berhasil dibantahkan oleh Charles Haas, presiden Titanic Historical Society yang mendapatkan akses ke manifes dan diagram kargo Titanic pada 1985.

"Manifes kargo mematahkan mitos tersebut," kata Charles Haas.

Meskipun kapal Titanic mengangkut barang tidak biasa seperti bulu-bulu unggas, topi bulu binatang, jaringan sel, suku cadang, kulit, bulu kelinci, karet, jaring rambut, dan perangkat pendingin tetapi tidak ada petunjuk keberadaan mumi di sana.

Ternyata, kisah tenggelamnya kapal Titanic yang disebabkan oleh ‘mumi sial’ Amun Ra merupakan karangan dari dua orang kebangsaan Inggris, yaitu William Stead dan Douglas Murray. William Stead merupakan seorang jurnalis dan editor terkenal. Sementara Douglas Murray dikenal sebagai ahli Mesir Kuno



Setelah kedua orang ini menciptakan kisah ‘mumi sial’, mereka mengunjungi British Museum. Mereka mengarang cerita yang menunjukkan bahwa penghuni asli peti mati adalah jiwa yang disiksa, dan roh jahat itu kini berkeliaran di dunia.

Stead dan Murray mengirimkan kisah baru mereka ke surat kabar yang antusias dengan kisah ini, kedua cerita itu digabung menjadi satu, lalu dicetak dan beredar luas.

Hal ini mendukung pernyataan salah seorang penumpang yang selamat dan menceritakan kisah "Kutukan Mumi" dalam wawancara dengan New York World.

Akhirnya kisah horor milik Stead dan Murray tercipta, kehadiran Stead di atas kapal Titanic, laporan wawancara penumpang yang menceritakan kisah "kutukan mumi" bercampur menjadi satu, menciptakan sebuah legenda adanya Mumi di atas kapal Titanic.

No comments:

Powered by Blogger.