Ads Top

Masih Ada Badak Sumatera di Kalimantan! Seekor Betina Telah Tertangkap


Keberadaan Badak Sumatera (Sumatran Rhinoceros) sebagai satu-satunya badak berambut di dunia semakin berkurang dan masuk ke dalam kategori “critically endangered”

Otoritas alam liar Malaysia berhasil menangkap seekor Badak Sumatera atau Sumatran Rhinoceros (Dicerorhinus sumatrensis) (id | en) berjenis kelamin betina dan berusia sekitar 10-12 tahun. Badak Sumatera adalah satu-satunya spesies badak berambut yang ada di dunia. Di alam liar kurang dari 300 ekor saja.

Kenapa Badak Sumatera tertangkapnya di Kalimantan? Badak Sumatera tidak hanya tersebar di pulau Sumatera saja, namun juga ada di pulau Kalimantan. Bahkan jangkauan penyebaran badak ini jauh lebih luas lagi, hingga ke semenanjung Malaysia, Thailand, Myanmar, Bangladesh dan India.

Namun yang ada di pulau Kalimantan sudah sangat langka. Oleh karenanya keberadaan satwa langka itu diyakini memunculkan harapan baru bagi dunia untuk mencegah kepunahan badak jenis itu dari muka bumi.

Kawasan penyebaran Badak Sumatera

Menurut Direktur Borneo Rhino Alliance, Junaidi Payne, badak betina itu ditangkap pada tanggal 18 Desember 2011 lalu, dan saat ini dipelihara di kawasan reservasi hewan liar Tabin, Sabah, yang juga berada di Pulau Kalimantan.

Diharapkan sang badak betina bisa berkembang biak setelah menemukan pasangan jantannya di sana.

“Kami semua di Sabah merasa sangat lega begitu akhirnya kami berhasil menangkap badak ini setelah satu setengah tahun lamanya,” ujar Payne, Senin (26/12/2011).

Badak betina yang sekarang dinamai Puntung itu ditangkap dalam sebuah operasi gabungan yang digelar lembaga Borneo Rhino Alliance dan Departemen Satwa Liar Negara Bagian Sabah.

“Kejadian ini benar-benar menjadi kesempatan terakhir buat kita untuk bisa menyelamatkan spesies badak ini. Salah satu dari hewan mamalia paling langka yang masih ada,” ujar Laurentius Ambu, Direktur Departemen Satwa Liar Negara Bagian Sabah.

Badak Sumatera Juga Berhasil Ditemukan di Kutai Barat Indonesia

Lima tahun berselang setelah ditemukannya di wilayah Malaysia, seekor Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) berhasil ditemukan dalam lubang perangkap (pit trap) di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Sabtu (12/3/2016). Dalam kurun waktu lima dekade terakhir, ini adalah kali pertama Badak Sumatera dapat diamati secara langsung di habitatnya.

Badak yang tertangkap ini  diketahui berjenis kelamin betina dengan usia sekitar 4 – 5 tahun. Sebelumnya individu badak ini pernah teridentifikasi  kamera jebak yang dipasang Tim Survei Badak WWF Indonesia pada bulan Oktober 2015 .

Lubang perangkap sengaja dibuat untuk menangkap badak agar dapat dipindahkan ke lokasi yang lebih aman. Pemindahan (translokasi) Badak Sumatera di  Kabupaten Kutai Barat diperlukan karena beberapa individu ditemukan berada dalam kawasan hutan yang mulai terdesak karena kegiatan pertambangan, perkebunan, industri kayu maupun pembalakan liar.

Foto yang dirilis oleh WWF Indonesia pada 23 Maret 2016, menunjukkan badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di suaka Kutai, Kalimantan Timur. Para pecinta lingkungan telah melakukan kontak fisik dengan badak ini untuk kali pertama setelah lebih dari 50 tahun tak pernah ditemukan. (Pict courtesy: WWF).

Foto yang dirilis oleh WWF Indonesia pada 23 Maret 2016, menunjukkan badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) di suaka Kutai, Kalimantan Timur. Para pecinta lingkungan telah melakukan kontak fisik dengan badak ini untuk kali pertama setelah lebih dari 50 tahun tak pernah ditemukan. (Pict courtesy: WWF).

Setelah keberadaan badak di lubang perangkap diketahui, Tim segera membangun kandang sementara (boma). Di tempat ini, badak dapat tinggal di dalamnya selama paling lama dua bulan. Sejak Senin (14/3/2016), badak yang tertangkap sudah berada di dalam boma yang memiliki luasan sekitar 50m2 persegi.

“Kami mengapresiasi kerja Tim yang telah berhasil menangkap salah satu badak di Kabupaten Kutai Barat. Ini adalah langkah yang memberi harapan dalam upaya kita menyelamatkan populasi Badak Sumatera di Kalimantan. Lebih jauh lagi, ini menunjukkan komitmen Indonesia dalam upaya konservasi Tumbuhan dan Satwa Langka (TSL)”, ujar Siti Nurbaya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, dalam Konferensi Pers di Manggala Wanabakti, Senin (21/03).

Bupati Kutai Barat, Ismail Thomas, dalam kesempatan yang sama menyampaikan keberadaan badak di wilayahnya  menjadi kebanggan masyarakat Kutai Barat. Ia sangat berharap, populasi badak yang diketahui sudah langka ini di Kalimantan bisa dijaga keberadaannya.

“Pemerintah Kabupaten beserta seluruh elemen masyarakat siap mendukung upaya penyelamatan badak yang sejatinya menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat,” ujarnya.

Saat ini KLHK bersama mitra di dalam Tim Penyelamatan Badak Sumatera di Kab. Kutai sedang menyiapkan tempat yang rencananya akan dijadikan sebagai suaka Badak Sumatera di Kalimantan, di dalam kawasan hutan lindung Kelian. Kawasan lindung ini disahkan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2012 berdasar usulan Bupati Kutai Barat pada tahun 2008.

CEO WWF Indonesia Dr. Efransjah mengatakan, “Kita memiliki peluang besar untuk mempertahankan populasi Badak Sumatera di Kalimantan. Sangatlah penting menyediakan mereka rumah yang aman, karena sebagian populasi yang sudah teridentifikasi berada pada daerah yang rawan.”

Populasi Badak Sumatra (Diceros sumatrensis) semakin menyusut. Kini hanya ada 100 ekor di alam liar Indonesia dan 9 lainnya di penangkaran. (pict: A.Harris)

Populasi Badak Sumatra (Diceros sumatrensis) semakin menyusut. Kini hanya ada 100 ekor di alam liar Indonesia dan 9 lainnya di penangkaran. (pict: A.Harris)

Dedi Candra, salah satu dokter hewan yang berada di lokasi penemuan badak mengatakan, kondisi kesehatan badak yang tertangkap saat ini dinyatakan mulai dapat menyesuaikan diri. Dedi juga memberikan keterangan bahwa jerat tali nylon di kaki kiri belakang sudah berhasil dilepaskan seluruhnya.

Sementara itu Direktur Eksekutif YABI, Widodo Ramono menegaskan pentingnya Badak Sumatera di Kalimantan memiliki suaka yang dikelola serupa dengan Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas.

“Penempatan Badak Sumatera di dalam suaka akan memungkinkan pengamanan dan pengawasan yang ketat bagi populasi yang ada, termasuk melaksanakan program perkembangbiakan untuk mencapai angka populasi yang layak utnuk kelangsungan Badak Sumatera di Kalimantan.”, pungkas Widodo.

Sampai saat ini teridentifikasi melalui kamera jebak dan jejak tapak setidaknya terdapat 15 individu Badak Sumatera di tiga kantong populasi di wilayah Kabupaten Kutai Barat.

Badak Sumatera yang Baru Ditemukan di Kalimantan Wilayah Indonesia Akhirnya Mati

Sangat disayangkan, Badak Sumatera di Kalimantan yang baru saja ditemukan pada 12 Maret 2016 lalu mati pada Selasa (5/4/2016). Badak yang masuk sub-spesies Dicerorhinus sumatrensis harrissoni  itu mati tiga pekan setelah berada di kandang sementara.

Ini menjadi kabar duka bagi dunia konservasi sebab individu tersebut hingga kini menjadi satu-satunya badak sumatera di Kalimantan yang tertangkap secara fisik di Indonesia. Kabar kematiannya disampaikan oleh Kepala Biro Humas KLHK Novrizal Thahar, Selasa sore dalam grup Whatsapp.

“Yth. Kawan2 Media yang baik, Nanti saya akan kirimkan penjelasan resmi terkait Badak Sumatera di Kutai Barat, mohon ditunggu. Terima kasih, salam duka, Nov,” demikian tulis Novrizal seperti dikutip dari Kompas.com.

Diduga kuat bahwa badak sumatera di Kalimantan ini mati karena infeksi berat. Saat konferensi pers pada 21 Maret 2016 lalu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta WWF-Indonesia memang menyatakan bahwa badak itu memiliki luka bekas tali jerat pada kakinya.

Sumatran Rhinos (Pict courtesy: Michael Nichols / National Geographic)

Sumatran Rhinos (Pict courtesy: Michael Nichols / National Geographic)

Pencarian badak Sumatera di Kalimantan ini dimulai sejak 2013 ketika beberapa peneliti orangutan menemukan jejak kaki, kotoran, serta puntiran tanaman dan bekas gesekan pada batang pohon.

Pada Oktober 2015, kamera jebak yang dipasang oleh Tim Survei Badak WWF berhasil mengidentifikasi keberadaan badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat. Tim kemudian membuat lubang perangkap untuk menangkap badak agar dapat dipindahkan ke lokasi yang lebih aman.

Pada 12 Maret 2016, satu badak betina remaja masuk dalam perangkap dan segera dipindahkan dalam boma atau kandang sementara yang memiliki luasan sekitar 50m2.

Pemindahan (translokasi) Badak Sumatera di Kabupaten Kutai Barat diperlukan karena beberapa individu ditemukan berada dalam kawasan hutan yang mulai terdesak karena kegiatan pertambangan, perkebunan, industri kayu maupun pembalakan liar.

Sebenarnya, pemerintah dan para pemerhati satwa telah menyiapkan suaka di Hutan Lindung Kelian Lestari. Suaka bagi badak bersifat penyendiri (soliter) ini memiliki luasan 200 hektar, dua kali lipat luas Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) di TN Way Kambas, Lampung.

Menurut rencana, translokasi badak Sumetera yang akhirnya mati itu akan dilakukan bulan depan. Sayangnya, badak Sumatera betina tersebut ditemukan mati sebelum sempat dipindahkan ke suaka. (Kompas / WWF-Indonesia).

Andatu, si badak Sumatera yang berhasil dilahirkan dalam penangkaran di Indonesia. Ia sedang melihat buku ceritanya. (Bill Konstant IRF)

Andatu, si badak Sumatera yang berhasil dilahirkan dalam penangkaran di Indonesia. Ia sedang melihat buku ceritanya. (Bill Konstant IRF)

No comments:

Powered by Blogger.